DARMAWAN DENASSA
♦
Lahir: Borongtala, 28 Juli 1976
♦
Istri: Alwiah Hasan (33)
♦
Anak: - Muhammad Fadil Denassa (10)
- Asyraf Muhammad Denassa (4)
♦
Pendidikan: - SDN Center Rappokaleleng, 1983-1989
- SMPN 1 Bontonompo, 1989-1992
- SMEA Negeri 1 Limbung, 1992-1995
- Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, 1996-2002
Arti tanaman menurut Darmawan ini adalah kehidupan. Pada
tahun 2007 dia mendirikan Rumah Hijau Denassa (RHD), kawasan konservasi dengan
luas lahan 1 hektar yang sekaligus menjadi lokasi rumah tinggalnya. Denassa
menanam dan melakukan pembibitan berbagai jenis tanaman endemis dan non-endemis
Sulawesi, baik yang langka maupun yang masih melimpah di Sulsel. Dia berburu
bibit dan benih ke berbagai pelosok provinsi itu hingga ke Sulawesi Barat dan
keluar-masuk hutan.
Hinggga saat ini, di RHD sudah sekitar 450 jenis tanaman
yang dilestarikan. Tanaman tersebut beragam, terdiri dari keluarga kayu-kayuan,
bunga-bungaan, kacang-kacangan, perdu, dan buah-buahan. Dan jika kita ingin
berkunjung kesana, tanpa dipungut biaya apapun. Denassa pun juga memberikan
secara gratis bibit tanaman kepada siapa saja yang menginginkannya.
Denassa mengatakan bahwa terdapat puluhan jenis tanaman di
Sulsel yang terancam punah yang diakibatkan tekanan alih fungsi lahan hutan, konsumsi
secara masif, pertambangan, hingga alasan sepele karena tanaman itu tak disukai
manusia.
Pria yang berlatar belakang pendidikan sastra Indonesia itu
pun akhirnya melepaskan pekerjaannya
sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin karena dia
ingin mengkonservasi tanaman-tanaman itu. Dia berpikir memang tidak banyak
orang yang melakukan ini, dan jika ini tidak dilakukan kasian anak-cucu kita
nanti hanya tau tanaman hanya dari namanya saja.
Baginya, melestarikan tanaman sekaligus berarti
melestarikan kultur dan identitas orang Makassar karena banyak tanaman memiliki tempat penting
dalam ritual, tradisi, ataupun budaya keseharian masyarakat Makassar yang telah
berlangsung selama berabad-abad.
Sejak 2011, dia mengadakan ”kelas komunitas” yang
diselenggarakan gratis di RHD untuk anak-anak sekolah tingkat dasar hingga
atas. Anak-anak itu datang seusai sekolah untuk belajar berbagai hal, mulai
dari budaya, tradisi, lingkungan hidup, etika dan moral, sampai matematika.
Saat ini murid yang aktif ada 90 siswa sedangkan alumninya sudah ada 200an
siswa. Setiap bulan, Denassa juga menggelar diskusi tematik bagi warga sekitar
lingkungan tempat tinggalnya.
Atas semua upayanya, Denassa sama sekali tidak mengharapkan
imbalan materi. Bahkan, setiap bulan harus mengeluarkan uang dari sakunya
sendiri lebih kurang Rp 1 juta untuk membiayai operasional RHD tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar