Selasa, 24 Maret 2015

Knowlegde, Intelligence, Affections, and Freedom

1. Knowlegde (Pengetahuan)

Gambar 1.1 Knowledge

1.1 Pengertian Menurut Para Ahli
1.1.1 Notoatmodjo (2003), Hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
1.1.2 Irwanto (2003), Segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan mata pelajaran.

1.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003:3), ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif:
1. Tahu (Know), mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Ini tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehention), menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi itu secara benar, orang yang telah  paham terhadap objek/materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dsb terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application), menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya. Diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysys), menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam suatu struktur organisasi itu dan masih ada kaitannya satu sama lain. Ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dsb.
5. Sintesa (Syntesis), meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain kemampuan menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada. Misal, dapat menyusun, menggunakan, meringkaskan, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation), melakukan justifikasi/penilaian pada suatu materi/objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek  penelitian atau responder kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lithat sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas.
 
1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) yaitu :
1. Tingkat Pendidikan, yaitu kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Jenis pendidikan adalah macam jenjang pendidikan formal yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, sehingga tingkat dan jenis pendidikan dapat menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan siswa / remaja tentang hubungan seksual pranikah. Informasi juga mempengaruhi pengetahuan yaitu dengan kurangnya informasi tentang hubungan seksual pranikah dan cara menghindari penyakit menular seksual menurunkan tingkat pengetahuan remaja.
2 Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang hubungan seksual pranikah, karena setiap budaya yang baru akan disaring sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
3.  Pengalaman berkaitan dengan umur dan tingkat pendidikan seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan lebih luas sebagaimana dengan umur yang semakin bertambah.
  
1.4 Fungsi
Ada 4 fungsinya, yaitu:  1) Untuk menerangkan gejala; 2) Untuk memahami hakekat gejala; 3) Untuk meramalkan kejadian yang akan datang; 4) Untuk mengendalikan gejala.

1.5 Ciri
Ada 4 cirinya, yaitu: 1) Mempuyai obyek kajian; 2) Mempunyai metode pendekatan; 3) Disusun secara sistematis; 4) Bersifat “universal” (legitimated).


2. Intelligence

Gambar 2.1 Inteligence

2.1 Pengertian
Kegiatan dari suatu organisme dalam menyesuaikan diri dengan situasi, dengan menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti persepsi, ingatan, konseptual, abstraksi, imajinasi, atensi, konsentrasi. seleksi relasi, rencana, ekstrapolasi, prediksi, kontrol (pengendalian), memilih, mengarahkan. Berbeda dengan naluri, kebiasaan, adat istiadat, hafalan tanpa mempergunakan pikiran, tradisi.
 
2.2 Tipe


Gambar 2.2 Multiple Intelligence

2.2.1. Naturalist Intelligence (“Nature Smart”) 
Kemampuan membedakan antara makhluk hidup (tumbuhan, hewan) serta kepekaan terhadap fitur lain dari alam (awan, konfigurasi rock).
Kemampuan ini jelas nilai di masa lalu evolusi kita sebagai pemburu, pengumpul, dan petani; terus menjadi sentral dalam peran seperti botani atau koki.
Hal ini juga berspekulasi banyak masyarakat konsumen kita memanfaatkan kecerdasan naturalis, yang dapat dimobilisasi dalam diskriminasi di antara mobil, sepatu, jenis makeup, dsb.

2.2.2. Musical Intelligence (“Musical Smart”) 

Kemampuan membedakan lapangan, ritme, timbre, dan nada. 
Memungkinkan mengenali, membuat, memperbanyak, dan merenungkan musik, seperti yang ditunjukkan oleh komposer, konduktor, musisi, vokalis, dan pendengar yang sensitif.
Menariknya, sering ada koneksi afektif antara musik dan emosi; dan kecerdasan matematika dan musik dapat berbagi proses berpikir yang sama. 
Dewasa muda jenis kecerdasan biasanya menyanyi atau drum untuk diri sendiri. Mereka biasanya cukup sadar suara orang lain mungkin kehilangan.

2.2.3. Logical-Mathematical Intelligence (Number/Reasoning Smart) 

Kemampuan menghitung, mengukur, mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, dan melaksanakan operasi matematika lengkap.  
Memungkinkan melihat hubungan dan koneksi dan menggunakan abstrak, pemikiran simbolis; keterampilan penalaran sekuensial; dan pola berpikir induktif dan deduktif. 
Biasanya berkembang baik di matematika, ilmuwan, dan detektif. 
Dewasa muda jenis kecerdasan ini tertarik dalam pola, kategori, dan hubungan. Mereka tertarik untuk aritmatika masalah, game strategi dan eksperimen.

2.2.4. Existential Intelligence
Sensitivitas dan kapasitas untuk mengatasi pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia, seperti makna hidup, mengapa kita mati, dan bagaimana kita sampai di sini.

2.2.5. Interpersonal Intelligence ("People Smart”) 

Kemampuan memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain. 
Melibatkan verbal dan nonverbal komunikasi yang efektif, kemampuan untuk dicatat perbedaan antara lain, kepekaan pada suasana hati dan temperamen orang lain, dan kemampuan untuk menghibur berbagai perspektif. 
Contoh guru, pekerja sosial, aktor, dan politisi.
Dewasa muda jenis kecerdasan ini adalah pemimpin di antara rekan-rekan mereka, yang pandai berkomunikasi, dan tampaknya memahami perasaan dan motif orang lain.

2.2.6. Bodily-Kinesthetic Intelligence (“Body Smart”) 

Kemampuan memanipulasi objek dan menggunakan berbagai keterampilan fisik.
Melibatkan rasa waktu dan kesempurnaan keterampilan melalui serikat pikiran-tubuh. 
Contoh atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin pameran

2.2.7. Linguistic Intelligence ("Word Smart") 

Kemampuan berpikir dalam kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.
Memungkinkan memahami tatanan dan makna kata dan menerapkan meta-linguistik keterampilan untuk merenungkan kami menggunakan bahasa.
Dewasa muda dengan kecerdasan ini menikmati menulis, membaca, bercerita melakukan TTS.Contoh penyair, novelis, jurnalis, dan pembicara publik yang efektif.

 2.2.8. Intra-personal Intelligence ("Self Smart”) 
Kemampuan memahami diri sendiri dan pikiran dan perasaan seseorang, dan menggunakan pengetahuan itu dalam perencanaan dan dilakukan arahan hidup seseorang. Tidak hanya melibatkan apresiasi diri, tapi juga dari kondisi manusia. Contoh psikolog, pemimpin spiritual, dan filsuf. Orang-orang dewasa muda mungkin malu. Mereka sangat menyadari perasaan mereka sendiri dan motivasi diri.

2.2.9. Spatial Intelligence (“Picture Smart”)

Kemampuan berpikir dalam 3D.
Kapasitas inti meliputi citra mental, penalaran spasial, manipulasi gambar, keterampilan grafis dan artistik, dan imajinasi yang aktif.
Contoh pelaut, pilot, pematung, pelukis, dan arsitek.
Dewasa muda jenis kecerdasan ini dapat terpesona dengan labirin atau teka-teki jigsaw, atau menghabiskan waktu luang menggambar atau melamun.


3. Affections

Gambar 3.1 Affection

Afektivitas tidak sama dengan pengetahuan, namun jadi penggerak/penyebab dan sekaligus akibat dari proses pengetahuan manusia dalam arti penerapannya dalam bentuk tindakan. Ini membuat manusia berada secara aktif di dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan peristiwa dunianya. Melalui peranan ini, manusia tergerakkan hatinya, keinginan, dan perasaannya atau ketertarikannya untuk mengamati, mempelajari, dan mengembangkan pengada-pengada aktual di sekitarnya menjadi bagian dari proses keberadaannya.
 
Afektivitas bukan hanya tindakan ke arah kebutuhan selera, kecenderungan atau apa yang jasmaniah saja tapi juga spiritual dan intelektual atau intelligible. Afektivitas adalah satu dari unsur pokok dasariah dari cara berada manusia di dunia. dan satu dari dimensi esensial roh manusia. Perbuatan afektif harus dimengerti sebagai segala gerakan atau kegiatan batin yang karenanya subjek ditarik atau ditolak.
Perbuatan afektif mengarahkan manusia untuk dunianya dan membuat manusia berada secara lebih langsung dan lebih intensif bersama dengan hal-hal lain, jadi sejauh lebih bersifat eksistensial. Melalui ini tindakan afektivitas memberikan dasar atau prinsip nilai bagi suatu proses kognitif. Pengalaman-pengalaman afektivitas justru menjadi syarat yang sangat menentukan bagi proses inteligensi manusia.
 
Jadi, untuk mencapai afektivitas, subjek harus berada dalam kondisi dimana subjek akan melahirkan kegiatan afektif. Adapun kondisi-kondisi tersebut:
1. Antara subjek dan objek harus ada ikatan kesamaan/kesatuan itu sendiri 
Ini karena ketika tidak ada kesamaan maka tidak akan ada afektivitas. Contoh ketika kita berhubungan dengan sebuah objek maka dalam diri objek terdapat sesuatu yang membuat kita tertarik/menjauhinya, sesuatu yang ada pada diri objek pasti juga ada dalam diri subjek yang akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif baik menerima atau menolak.
2. Nilai (baik dan buruk) 
Di kondisi ini, ketika objek dipandang memiliki sebuah nilai maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif, karena afektivitas itu berdasar pada kecintaan akan sesuatu maka subjek pada akhirnya akan melahirkan kegiatan afektif untuk menolak atau menerima.
3. Sifat dasariah dan kecenderungan kognitif 
Kondisi ini subjek akan dalam melakukan sebuah afektif harus ditunjang dengan sebuah sifat dasariah yang akan mendorong dia untuk lebih cenderung, selera, berkeinginan akan sesuatu yang pada akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif yang ternyata memang sesuai dengan sifat dasariah itu.
4. Mengenal adalah kausa dari afektivitas.
Di proses ini, subjek akan mengalami kondisi dimana ia harus berusaha mendefinisikan objek yang akan dikenalinya dan ketika definisi tentang objek tersebut telah tercapai maka pada akhirnya akan lahir sebuah keputusan afektif apakah dia harus menyerang, mencintai, mempertahankan diri atau yang lain.
5. Imajinasi.
Untuk menimbulkan kegiatan afektif, imajinasi dapat menjadi sebuah pendorong, semangat, mempengaruhi bahkan membohongi. Pengetahuan pertama (baik dari pengalaman atau informasi dari pengenalan) akan melahirkan sebuah deskripsi awal tentang objek, maka dalam kondisi ini subjek akan dipengaruhi untuk bertindak seperti apa yang ia dapat pada pengalaman dan imajinasi yang ia dapatkan terdahulu.


4. Freedom

Gambar 4.1 Freedom

Kebebasan merupakan problem yang terus digeluti dan diperjuangkan oleh manusia. Keinginan manusia untuk bebas merupakan keinginan yang sangat mendasar. Louis Leahy berpendapat kebebasan merupakan salah satu karakter dasar manusia. Manusia adalah makhluk yang secara esensial berkehendak. Dalam perbuatan berkehendaknya keakuan manusia hadir dalam dirinya dan menguasainya. Manusia adalah makhluk yang bebas, namun sekaligus manusia adalah makhluk yang harus senantiasa memperjuangkan kebebasannya. Aktualitas ide kebebasan manusia juga didasarkan pada kenyataan adanya perkembangan arti kebebasan sesuai dengan situasi dan kondisi manusia.

Arti dan makna kebebasan pada jaman sekarang tidak bisa disempitkan hanya pada  pengertian kebebasan dalam masyarakat kuno/pra-modern. Kebebasan pada  jaman sekarang bukan hanya berarti sekedar terbebas dari keadaan terjajah, mungkin lebih berarti bebas untuk mengangtualkan diri di tengah-tengah perkembangan jaman ini.

Kata kebebasan sering diartikan suatu keadaan tidak adanya penghalang,  paksaan, beban atau kewajiban. Seorang manusia disebut bebas kalau perbuatannya tidak mungkin dapat dipaksakan/ditentukan dari luar. Manusia yang bebas adalah manusia yang memiliki secara sendiri perbuatannya. Kebebasan adalah suatu kondisi tiadanya paksaan pada aktivitasnya. Manusia disebut bebas kalau dia sungguh-sungguh mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dengan demikian kata bebas menunjuk kepada manusia sendiri yang mempunyai kemungkinan untuk memberi arah dan isi kepada  perbuatannya.

Kebebasan juga merujuk pada cinta dan kasih sayang sesama manusia. Kebebasan memberi dan membagi, kebebasan bertindak dan beraktivitas yang disinergikan dalam suatu kehidupan manusia itu sendiri. Tetapi, pada jaman ini kebebasan mulai sulit ditemukan dikarenakan keterasingan (aliensi). Budi Darma (1995:134) menyebut keterasingan (alienasi) pada awalnya merupakan gejala sosial dalam masyarakat modern. Kemajuan teknologi pada awalnya membuat efisiensi dalam kehidupan manusia. Tetapi  perkembangan teknologi tersebut justru menenggelamkan manusia dalam suatu rutinitas dan otomatisasi kerja yang diciptakan. Keadaan itulah yang menjadi salah satu penyebab manusia terpisah dari sesama atau dunia luar dan akhirnya mengalami keterasingan (alienasi).

Manusia yang mulai terjebak dalam keterasingan (aliensi) mulai lupa tentang kebebasan. Di tengah arus modernisasi dan industrialisasi, manusia lemah semakin teralienasi dari lingkungan sosialnya. Sehingga muncul pertanyaan tentang kebebasan manusia. Dalam situasi teralienasi seperti itu sangat mungkin kebebasan menjadi suatu yang absurd. Ide kebebasan manusia dipertanyakan kembali: Apa artinya bebas? Sejauh mana seseorang dapat dikatakan bebas?

Manusia modern, menurut Fromm (1955: 136-137) telah mengalami alienasi atau keterasingan secara total dalam kehidupannya yang meliputi hubungan manusia dengan pekerjaannya, manusia dengan  benda–benda yang mereka konsumsi, manusia dengan negara, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan dirinya sendiri.

Sumber:

PPT Binus Maya Pertemuan ke-5

1. Knowledge
https://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/21/materi-pengetahuan/
http://www.academia.edu/5253641/Makalah_Ilmu_and_Pengetahuan_14Mei_PENGERTIAN_ILMU_DAN
Gambar 1.1 https://cahyamenethil.files.wordpress.com/2011/01/km.jpg

2. Intelligence
https://sdjuarajakut.wordpress.com/page/2/ 
Gambar 2.1 http://pixgood.com/intelligence-is-sexy-quotes.html
Gambar 2.2 https://bangqohar.files.wordpress.com/2012/10/mi.gif

3.Affections
Gambar 3.1 http://thrivingparentsthrivingkids.com/unlock-greatness-in-your-child/

4. Freedom
http://www.academia.edu/6352294/Self_determination_Otentisitas_dan_Kebebasan
Gambar 4.1 http://kdbrahmanto18gi.blogspot.com/2013_02_01_archive.html

Languange, Gender, Ethnicity, and Culture

1. Pengaruh Yunani

Yunani mengembangkan banyak kepercayaan dunia barat tentang tubuh dan pendidikan jasmani dan kemungkinan pengaruh dari yahudi dan phoenician. Sedangkan sistem Yunani adalah sifat rohani.

Mengenai tubuh manusia terdapat aliran Dualisme yaitu pikiran dan tubuh terpisah. Dimana pikiran adalah kekal sedangkan tubuh bisa membusuk. Kepercayaan ini dapat mengembangkan kemapuan intelektual atas fisik.

Menurut Plato, pendidikan juga sebagai keselarasan pikiran dan tubuh. Humanisme Klasik bahwa tubuh adalah penting namun menurutnya pikiran itu lebih dari sebuah tubuh. Humanisme memandang bahwa dewa Yunani di anggap yang paling ideal diantaranya Zeus, Apollo, Athena

Gambar 1.1 Dewa Zeus

Gambar 1.2 Dewa Apollo

Gambar 1.3 Dewa Athena

Yunani juga memiliki bahasa yaitu Arete dan Agon, Arete merupakan kebijakan, kecakapan dan martabat seperti penyair, filsuf. Sedangkan Agon adalah tempat untuk mengadakan sebuah pertemuan termasuk perlombaan music, puisi.
Maka dari situ hadirnya permainan (Games) sejarah dari Olimpiade sendiri pada tahun 776 SM dan terjadi setiap tahun keempat. Yunani terdiri banyak kota dan terdapar kota besar yaitu Athena dan Sparta. Athena adalah pusat budaya dan pembelajaran sedangkan Sparta mengenai kekuatan militer dan pahlawan Negara. Terdapat tempat-tempat yang terkenal untuk menyelenggarakan permainan yaitu Olympia, Delphi, Corinth, Nemea

Gambar 1.4 Stadion Olympia

Gambar 1.5 Delphi

Dan pada setiap permainan hanya diizinkan laki-laki yang bersaing dan menonton. Sedangkan untuk perempuannya yang menikah tidak diizinkan melihat, dan wanita yang masih single di perbolehkan dan perempuan memiliki kuda dan kereta dapat masuk namun tida bisa melihat


2. Pengaruh Roma

Yaitu Bangsa Etruscan yang berpusat di sekitar tepat rekreasi, juga memiliki olahraga yang juga di selenggarakan namun lebih banyak kekerasannya dimana tahanan menjadi korban setiap permainan. Kaisar romawi Nero menyelenggarakan perlombaan kereta perang. Sedangkan perempuan roma dapat melaukan olahraga gulat pada olimpiade dan dapat bersaing sebgai gladiators yaitu berasal dari bukti arkeolog.

Gambar 2.1 Colosseum

Gambar 2.2 Gladiator

Dan juga terdapat permainan Partai Flavian (Koloseum) dimana perkelahian antara hewan. Dan terkenal dengan adanya Sirkus Maximus kereta ras (gladiator).
3. Abad Pertengahan
Dimana roma mengalami kehancuran maka pada zaman ini di sebut zaman kegelapan pada tahun 476 M – 900 M. Pada abad pertengahan terdapat permaina bola, dan awalnya hoki, bowling dan basbol dan pada masa abad pertengahan terdapat kebingungan para ontology dan pada masa abad pertengahan terdapat bidang Skolastik yaitu bidang pendidikan. Tokoh yang berperan pada Bidang Skolastik.

Sumber:

PPT Bimay pertemuan ke-4

1. Pengaruh Yunani
Gambar 1.1 http://en.wikipedia.org/wiki/Ancient_Greek_religion#/media/File:Bust_of_Zeus.jpg
Gambar 1.2 https://www.regentantiques.com/product_images/04049-Stunning-Marble-Bust-of-Greek-God-Apollo-11.jpg
Gambar 1.4 http://travel.detik.com/read/2012/07/23/090027/1971890/1383/melongok-stadion-olimpiade-pertama-di-dunia
Gambar 1.5 http://ebo.web.id/10-bioskop-yg-paling-kuno-di-dunia/

2. Pengaruh Roma
Gambar 2.1 http://7-themes.com/7007594-roman-colosseum.html

Selasa, 17 Maret 2015

ETNIS

Etnis adalah penggolongan manusia terkait dengan kategori/ras, kebangsaan, atau budaya. Sebuah sekelompok etnis, dapat mendeinisikan diri mereka berbeda karena bahasa, agama, geografi, sejarah, keturunan, atau ciri fisik yang mereka miliki.


KONGHUCU 


1. Tempat Ibadah
 1.1 Klenteng

Gambar 1.1 Klenteng Liong Hok Bio, Magelang
 
2. Alat Doa

2.1 Hio/Dupa
Dupa atau hio atau kemenyan adalah sebuah material yang mengeluarkan bau. Dupa mengeluarkan asap ketika dibakar. Banyak upacara keagamaan menggunakan dupa. Dupa juga digunakan untuk pengobatan. Dupa ada dalam berbagai bentuk dan proses, namun, dupa dapat terbagi menjadi "pembakaran langsung" dan "pembakaran tidak langsung" tergantung bagaimana dupa digunakan. Suatu bentuk tergantung dari budaya, tradisi dan rasa seseorang.


Gambar 2.1 Hio

2.2 Patung menggambarkan dewa yang disembah

Gambar 2.2 Patung

2.3 Minyak

2.4 Kertas serupa dewa/roh alam


3. BUDAYA
3.1 Tarian
Tarian Tradisional China adalah kumpulan tarian dari negeri China yang awalnya adalah ritual pemujaan dan penghormatan terhadap Dewa Mitologi China, seperti tercatat pada Sejarah Musim Semi dan Gugur oleh Lu Buwei (235 SM, dinasti Qin).
 
3.1.1. Tari Kipas (Chinese Fan Dance)
Chinese Fan Dance sering ditampilkan pada setiap ajang perayaan dari kebudayaan China. Tarian ini menyorotkan banyak keindahan, kelembutan, kegembiraan yang ditarikan dengan penuh penghayatan. Tarian Fan Dance menyesuaikan setiap pergerakannya dengan ritme lagu iringannya. Fan Dance atau Tari Kipas ini sudah berakar sejak zaman Dinasti Han (206 SM). Tarian ini membangkitkan semangat rakyat Tionghoa

Tarian Fan Dance ditarikan berdasarkan cerita-cerita China kuno, namun penyampaian ceritanya hanya dengan tarian tapi dikomunikasikan dengan penuh perasaan dan emosi. Teknik menyampaikan cerita-cerita tersebut sangat penting agar penonton dapat mengerti apa ceritanya tersebut karena tarian sudah ada lebih dulu sebelum tulisan. Tarian kipas meliputi simbolisme, semantik, kata-kata dan struktur yang spesifik untuk menunjukan intensi dari penari untuk berkomunikasi. Koreografi dari tarian Fan Dance tidak hanya ditunjukkan dengan kelembutan dan kecantikan, tetapi juga ditunjukkan dalam latihan seperti martial arts. Untuk tarian yang menunjukkan kelembutan dan kecantikan (biasanya ditarikan oleh wanita)

Gambar 3.1 Tari Kipas

3.2.2. Tari Seribu Tangan Budha, merupakan tarian yang digunakan untuk menghibur para kaisar

Gambar 3.2 Tari Seribu Tangan

3.2 Makanan 
3.2.1. Choi Pan, merupakan salah satu kuliner atau masakan khas Chienese. Cara pembuatannya secara umum dilakukan dengan tumis dan kukus.


Gambar 3.3 Choi Pan
3.2.2. Bakmi / Kwetiau B2
Bakmi adalah salah satu jenis mie yang dibawa oleh pedagang-pedagang cina ke Indonesia. Bakmi juga sering disebut yamien atau yahun. Bakmi juga merupakan makanan yang terkenal terutama di daerah-daerah "pecinan" di Indonesia. Biasanya bakmi telah diadaptasi dengan menggunakan bumbu-bumbu Indonesia. Tebalnya bakmi adalah antara Mian cina dan Udon Jepang, selain itu ada berbagai variasi bakmi di Indonesia.

Gambar 3.4 Bakmie
 
3.2.3. Bubur Pedas Singkawang

Gambar 3.5 Bubur Pedas Singkawang

3.2.4. Dodol Durian Kalimantan

Gambar 3.6 Dodol Durian

3.3 Tradisi 
3.3.1 Imlek
3.3.1.1. Barongsai
Barongsai adalah tarian tradisional Cina dengan menggunakan sarung yang menyerupai singa. Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ke 3 SM. Kesenian ini diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan


Gambar 3.7 Barongsai

3.3.1.2. Lampion
Lampion adalah sejenis lampu yang biasanya terbuat dari kertas dengan lilin di dalamnya. Lampion yang lebih rumit dapat terbuat dari rangka bambu dibalut dengan kertas tebal atau sutera bewarna (biasanya merah). Lampion biasanya tidak dapat bertahan lama, dan mudah rusak.

Gambar 3.8 Lampion
3.3.1.3. Kue Keranjang
Kue keranjang (ada yang menyebutnya kue ranjang) yang disebut juga Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian Ti Kwe (甜棵), yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang, adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru Imlek, walaupun tidak di Beijing pada suatu saat. Kue ini mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek (廿四送尫 Ji Si Sang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).

Dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku (竈君公 Cau Kun Kong) agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga (玉皇上帝 Giok Hong Siang Te). Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.

Kue keranjang diproduksi di banyak kota, termasuk Tangerang, Sukabumi, Bogor dan Yogyakarta


Gambar 3.9 Kue Keranjang

3.3.2 Cap Go Mehadalah San Yuan yang artinya hari lahir Shang Yuan Thian Kuan atau dewa langit yang memberikan karunia pada manusia pada hari ke 15 Imlek (titik puncak). melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari ke-15 dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Ini berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.

Tatung adalah suatu kegiatan menangkal gangguan atau kesialan  di masa mendatang. Dipenuhi dengan aksi mistik dan menegangkan. Di Cina, tradisi tatung sudah punah, sementara daerah-daerah di Indonesia yang masih memiliki tradisi ini adalah Kalimantan Barat dan Bangka Belitung.


Gambar 3.10  Tatung

Lontong cap go meh adalah masakan adaptasi Peranakan Tionghoa Indonesia terhadap masakan Indonesia, tepatnya masakan Jawa. Hidangan ini terdiri dari lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng hati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal, dan kerupuk. Biasanya disantap keluarga Tionghoa Indonesia pada saat perayaan Cap go meh, yaitu 14 hari setelah Imlek atau tepatnya hari kelima belas bulan 1 penanggalan imlek. Akan tetapi kini hidangan ini juga kerap disajikan kapan saja, tidak hanya ketika cap go meh.

Gambar 3.11 Lontong cap Gomeh

Sumber:

1. Tempat Ibadah


3. Budaya

Religion and Arts

1. RELIGION

Gambar 1.1 Lambang Agama di Indonesia

1.1 Pengertian
Secara etimologi, kata “agama” bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan diambil dari istilah bahasa Sansekerta yang menunjuk pada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan Budhisme di India. Agama terdiri dari kata “a” yang berarti “tidak”, dan “gama” berarti kacau. Dengan demikian, agama adalah sejenis peraturan yang menghindarkan manusia dari kekacauan, serta mengantarkan menusia menuju keteraturan dan ketertiban. 

1.2 Fungsi dan Tujuan 
Menurut Abuddin Nata, sekurang-kurangnya hanya ada 3 alasan perlunya manusia terhadap agama, yaitu: 
1. Latar belakang fitrah manusia. Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buta pertama kali ditegaskan dalam ajaran Islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan manusia.
 2. Kelemahan dan kekurangan  manusia. Alasan inipun kelihatannya bisa diterima, di samping karena keterbatasan akal manusia untuk menentukan hal-hal yang di luar kekuatan pikiran manusia itu sendiri, juga karena manusia sendiri merupakan makhluk dha’if (lemah) yang sangat memerlukan agama. 
3. Adanya tantangan manusia. Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan syetan, sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya memalingkan manusia dari Tuhan.

1.3 Dimensi (Unsur-Unsur)
Menurut Harun Nasution, agama memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
1. Kekuatan gaib. Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada keuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh karena itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan laranagan keuatan gaib itu. Mengacu pada unsur yang pertama, dapat dikatakan bahwa agama sesungguhnya berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris atau supra empiris.
2. Keyakinan bahwa kesejahteraan di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula. 3. Respons manusia yang bersifat emosional. Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan takut seperti pada agama-agama primitive atau perasaan cinta seperti agama-agama monoteisme. Selanjutnya, respons mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitf, atau pemujaan yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi, respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
4. Paham adanya yang kudus dan suci dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan, dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.


1.4 Cara Menjaga Kerukunan Umat Beragama

 Gambar 1.2 Macam-Macam Jenis Agama


  1. Menjunjung tinggi rasa toleransi antar umat beragama, baik sesama antar pemeluk agama yang sama maupun yang berbeda.Rasa toleransi bisa berbentuk dalam macam-macam hal. Misal, perijinan pembangunan tempat ibadah oleh pemerintah, tidak saling mengejek dan mengganggu umat lain, atau memberi waktu pada umat lain untuk beribadah bila memang sudah waktunya. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan sikap toleransi. Hal ini sangat penting demi menjaga tali kerukunan umat beragama di Indonesia.
  2. Selalu siap membantu sesama. Jangan melakukan diskriminasi terhadap suatu agama, terutama saat mereka membutuhkan bantuan. Misalnya, di suatu daerah di Indonesia mengalami bencana alam. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Kristen. Bagi Anda yang memeluk agama lain, jangan lantas malas untuk membantu saudara sebangsa yang sedang kesusahan hanya karena perbedaan agama. 
  3. Selalu jagalah rasa hormat pada orang lain tanpa memandang agama apa yang mereka anut. Misalnya dengan selalu berbicara halus dan tidak sinis. Hal ini tentu akan mempererat kerukunan umat beragama di Indonesia.
  4. Bila terjadi masalah yang menyangkut agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin tanpa harus saling menyalahkan. Para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian solusi yang baik dan tidak merugikan pihak manapun, atau mungkin malah menguntungkan semua pihak.



2. ARTS


2.1 Pengertian
     Seni adalah bagian dari budaya dan sebagai apresiasi hasil untuk seni diinternalisasikan dalam enkulturasi. Apresiasi bentuk seni yang berbeda bervariasi lintas budaya. Dalam masyarakat nonindustrialized, tradisi seni umumnya ditularkan melalui keluarga dan kelompok kerabat. Seni bercerita memainkan peran penting dalam transmisi, pelestarian, dan ekspresi tradisi budaya.
     Pengertian seni ini dipakai dalam bermacam-macam arti, antara lain:  
  • Seni sebagai kemahiran (skill) dilawankan dengan ilmu (sciece). Sering dilakukan bahwa ilmu mengejar seseorang untuk mengetahui dan seni untuk mengejar seseorang untuk berbuat, keduanya saling melengkapi.  

Gambar 2.1 Pusat Industri Keramik Dinoyo di Malang
 
  • Seni sebagai kegiatan manusia (human activities) dilawankan dengan kerajinan (craft). Ciri-ciri yang membedakan seni/art dan kerajinan/craft ialah bahwa seni bersifat perlambang dan menciptakan realita baru, sedangkan kerajinanmerupakan pekerjaan rutin yang disesuaikan dengan kegunaan praktis.





2.2 Fungsi Seni

1. Fungsi Individual
Seni dapat memenuhi salah satu kebutuhan manusia baik fisik maupun psikis. Fungsi seni dalam pemenuhan salah satu kebutuhan fisik lebih cenderung dipenuhi oleh karya seni yang memiliki fungsi dan tujuan praktis (applied arts), sedangkan kebutuhan psikis (rasa senang, sedih, haru, ngeri, duka dsb) dapat dipenuhi oleh karya seni yang memiliki fungsi dan tujuan ekspresi (fine arts). Fungsi individual yang dirasakan perorangan dapat dirasakan oleh seniman dan bukan seniman yaitu melalui kegiatan kreasi dan atau apresiasi, kegiatan berkarya atau penikmatan karya seni.

2. Fungsi Sosial :
a. Bidang keagamaan: seni dapat digunakan sebagai salah satu wahana atau media dakwah, seni arsitektur dan dekorasi dalam tempat beribadah.
b. Bidang pendidikan; penggunaan seni sebagai media dalam kegiatan pembelajaran, contoh: gambar/ilustrasi (seni rupa), nyanyian (seni musik), sosio drama (seni tari, teater dan sastera).
c. Bidang komunikasi; seni yang bertujuan praktis (applied arts) maupun yang bertujuan ekspresi (fine arts), keduanya memiliki fungsi menyampaikan pesan dari individu, kelompok, organisasi, lembaga atau institusi kepada khalayak.
d. Bidang hiburan atau rekreasi; dalam hal ini seni sebagai karya yang dipertunjukan atau dipamerkan maupun seni sebagai elemen yang menunjang sarana tempat hiburan itu sendiri baik unsur dekorasi interior atau eksterior, arsitektur.



2.3 Cabang-cabang Seni
1. Seni suara (musik) dengan unsur utamanya suara, misalnya: suara manusia (vokal), suara alat musik, dsb.
2. Seni rupa dengan unsur utamanya adalah unsur-unsur rupa
3. Seni tari dengan unsur utamanya gerak
4. Seni sastera dengan unsur utama bahasa
5. Seni peran (teater) disajikan dengan akting meliputi unsur bahasa, gerak, dan musik


Sumber:

PPT Binus Maya Pertemuan ke-3

1. Religion
http://penaraka.blogspot.com/2012/04/pengertian-agama.html
https://mirzatrinugrohoblog.wordpress.com/2014/06/10/kerukunan-beragama-di-indonesia/
Gambar 1.1 http://pramukaria.blogspot.com/2014/08/sku-lambang-dan-ikon-agama-di-indonesia.html
Gambar 1.2 http://bukanhanya.com/2015/02/28/2530/

2. Arts
https://serupatigabdg.wordpress.com/tag/pengertian-seni/
Gambar 2.1 http://www.indonesiakaya.com/kanal/foto-detail/tempatnya-keramik-unik-di-malang#4499

Minggu, 15 Maret 2015

Languange, Gender, Ethnicity, and Culture

1. BAHASA

1.1 Pengertian
Bahasa adalah suatu bentuk alat komunikasi manusia yang berupa lambang bunyi melalui alat ucap (mulut), dimana setiap suara yang dikeluarkan itu mempunyai arti tersendiri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.

1.2 Aspek
1. Aspek Fisik Bahasa: Pada dasarnya ini mencakup 3 aspek. Pertama, bagaimana bunyi itu dihasilkan (aspek produksi). Kedua, Bagaimana ciri – ciri bunyi bahasa yang diujarkan (aspek akustis). Ketiga, bagaimana bunyi bahasa itu dipahami melalui indra pendengaran (aspek persepsi bunyi bahasa).

2. Aspek Sosial Bahasa : Bahasa mempunyai variasi dan memiliki ragam. Di dalam lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan memperlihatkan ciri keakraban atau keintiman. Bahasa yang ditandai bentuk dan pilihan kata akrab seperti gue, loe, bete. Berikut termasuk ke dalam ragam intim. Ragam berikutnya dikenal sebagai ragam konsultatif, yang merupakan ragam bahasa yang digunakan pada saat guru mengajar di kelas. Cirinya berbeda dengan ragam formal atau resmi. Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ujaran – ujaran baku dan beku sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial.

1.3 Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa Benyamin S, dsb
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dsb
4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).

1.4 Fungsi
1. Untuk tujuan praktis : mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari.
2. Untuk tujuan artistik : manusia mengolah dan menggunakan bahasa dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia.
3. Sebagai kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain, di luar pengetahuan kebahasaan.
4. Untuk mempelajari naskah-naskah tua guna menyelidiki latar belakang sejarah manusia, selama kebudayaan dan adat-istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri (tujuan filologis).
5. Sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, karena tanpa adanya bahasa, maka pengembangan IPTEK pun tidak dapat tumbuh dan berkembang



2. GENDER

Gambar 2.1.  Gender

2.1 Pengertian
Kata “Gender” berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin, dan secara umum pengertiannya adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies ensiklopedia dijelaskan gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.

Menurut Bem (1981), gender merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang dipengaruhi oleh peran gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi 4 klasifikasi yaitu maskulin, feminim, androgini dan tak terbedakan. Konsep Gender dan peran gender merupakan dua konsep yang berbeda, gender merupakan istilah biologis, orang-orang dilihat sebagain pria atau wanita tergantung dari organ-organ dan gen-gen jenis kelamin mereka.


gender sering kali di identikan dengan jenis kelamin atau sex. Meski sebenarnya kedua jenis kata ini yaitu Sex dan gender memiliki konsep yang berbeda. - See more at: http://www.kamusq.com/2012/11/gender-pengertian-dan-definisi.html#sthash.51t47Fh5.dpuf
gender sering kali di identikan dengan jenis kelamin atau sex. Meski sebenarnya kedua jenis kata ini yaitu Sex dan gender memiliki konsep yang berbeda. - See more at: http://www.kamusq.com/2012/11/gender-pengertian-dan-definisi.html#sthash.51t47Fh5.dpuf
Gender sering kali diidentikan dengan jenis kelamin atau sex. Kedua jenis kata ini memilki konsep yang sangat berbeda. Sex berorientasi pada ciri-ciri biologis, sedangkan gender berorientasi pada perilaku, mentalitas dan sosial budaya. Jika perbedaan antara sex dan gender direalisasikan maka kemungkinan besar pada biodata seseorang akan muncul satu poin tambahan selain jenis kelamin (sex) yaitu gender.
Sex berorientasi pada ciri-ciri biologis, sedangkan gender berorientasi pada perilaku, mentalitas dan sosial budaya. Jika perbedaan antara sex dan gender direalisasikan maka kemungkinan besar pada biodata seseorang akan muncul satu poin tambahan selain jenis kelamin (sex) yaitu gender. - See more at: http://www.kamusq.com/2012/11/gender-pengertian-dan-definisi.html#sthash.MA2udceM.dpuf
gender sering kali di identikan dengan jenis kelamin atau sex. Meski sebenarnya kedua jenis kata ini yaitu Sex dan gender memiliki konsep yang berbeda. - See more at: http://www.kamusq.com/2012/11/gender-pengertian-dan-definisi.html#sthash.MA2udceM.dpuf

2.2 Peran Gender
Peran gender adalah harapan mengenai perilaku yang tepat, sikap, dan kegiatan laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki harus maskulin, agresif, berani, dominan . Sedangkan anak perempuan harus feminim,  lembut, emosional, manis, penurut. Citra diri berkembang pada laki-laki dan perempuan melalui identifikasi dengan jenis kelamin yang sama, keluarga, dan media.

Melalui BSRI, individu diklasifikasikan dalam hal kepemilikan satu dari empat orientasi tipe peran gender, yaitu:
- Maskulin, adalah sifat dipercaya dan bentuk oleh budaya sebgai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki (Nauly, 2003). Misalnya asertif dan dominan dianggap sebagai trait maskulin.
- Feminim. Menurut Hoyenge & Hoyenga (dalam Nauly, 2003) adalah ciri-ciri atau trait yang lebih sering atau umum terdapat pada perempuan daripada laki-laki. Ketika dikombinasikan dengan “stereotipikal”, maka ia mengacu ada trait yang diyakini lebih berkaitan pada  perempuan daripada laki-laki secara kulturi pada budaya atau subkultur tertentu. Berarti, feminin merupakan ciri-ciri atau trait yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi perempuan (Nauly, 2003).
- Androgini, adalah tingginya kehadiran karakterisitik maskulin dan feminin yang diinginkan pada satu individu pada saat bersamaaan (Bem, Spence & Helmrich, dalam Santrok, 2003). Individu yang androgini adalah seorang laki-laki yang asertif (sifat maskulin) dan mengasihi (sifat feminin), atau seorang perempuan yang dominan (sifat maskulin) dan sensitif terdapat perasaaan orang lain (sifat feminin). Beberapa penelitian menemukan bahwa androgini baerhubungan dengan berbagai atribut yang sifatnya positif, seperti self-esteem yang tinggi, kecemasan rendah, kreatifitas, kemampuan parenting yang efektif (Bem, Spence dalam Hughes &Noppe, 1985).
- Undifferentiated


3. ETHNICITY

Pada awalnya istilah etnik hanya digunakan untuk suku tertentu yang dianggap bukan asli Indonesia, namun telah lama bermukim dan berbaur dalam masyarakat, serta tetap mempertahankan identitas mereka melalui cara-cara khas mereka yang dikerjakan, dan atau karena secara fisik mereka benar-benar khas. Misal etnik Cina, etnik Arab, dan etnik Tamil-India. Perkembangan belakangan, istilah etnik juga dipakai sebagai sinonim dari kata suku pada suku yang dianggap asli Indonesia. Misal etnik Bugis, etnik Minang, etnik Dairi-Pakpak, etnik Dani, etnik Sasak, dan ratusan etnik lainnya. Malahan akhir-akhir ini istilah suku mulai ditinggalkan karena berasosiasi dengan keprimitifan (suku dalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai ‘tribe’), sedangkan istilah etnik dirasa lebih netral. Istilah etnik sendiri merujuk pada pengertian kelompok orang-orang, sementara etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok.

3.1 Pengertian
3.1.1 Fredrik Barth
Gambar 3.1 Fredrik Barth

Etnis adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang terikat pada sistem nilai budaya

3.1.2 Hassan Shadily, MA
Etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis.

3.1.3 Ensiklopedi Indonesia
Etnis berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.

3.1.4 Perspektif  Teori Situasional
Etnis merupakan hasil dari adanya pengaruh yang berasal dari luar kelompok. Salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap etnisitas adalah kolonialisme, yang demi kepentingan administratif pemerintah kolonial telah mengkotak-kotakkan warga jajahan ke dalam kelompok-kelompok etnik dan ras (Rex dalam Simatupang, 2003). Untuk seterusnya sisa warisan kolonial itu terus dipakai sampai sekarang.


4. CULTURE


Gambar 4.1 Tari Malemang dari Kepulauan Riau

Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Sedangkan definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Budiono K, menegaskan bahwa, “menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Pengertian tersebut berarti pewarisan budaya-budaya leluhur melalui proses pendidikan. 
Kebudayaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang, begitu pula sebaliknya. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan, dan kebudayaan akan terus berkembang melalui kepribadian tersebut. Sebuah masyarakat yang maju, kekuatan penggeraknya adalah individu-individu yang ada di dalamnya. Tingginya sebuah kebudayaan masyarakat dapat dilihat dari kualitas, karakter dan kemampuan individunya.

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya, khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya, perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilai­nilai budaya yang berlaku.

Kebudayaan dan masyarakatnya memiliki kekuatan yang mampu mengontrol, membentuk dan mencetak individu. Apagi manusia di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial, maka perkembangan dan perilaku individu sangat mungkin dipengaruhi oleh kebudayaan. Atau boleh dikatakan, untuk membentuk karakter manusia paling tepat menggunakan pendekatan budaya.

Sumber:

PPT Binus Maya Pertemuan ke-2
1. Bahasa
https://risanputtra.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-bahasa-aspek-dan-fungsinya/
http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia.html

2. Gender
http://filsafatlombok.blogspot.com/2013/12/pengertian-gender-dan-sejarah-feminisme.html
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/02/peran-gender.html
http://www.kamusq.com/2012/11/gender-pengertian-dan-definisi.html
Gambar 2.1 http://thinkprogress.org/health/2014/08/07/3468380/gender-roles-health-risks/

3. Ethnicity
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-etnis-atau-suku.html
https://gebrielleizious.wordpress.com/2012/06/07/pengertian-gender-ras-dan-etnis/
Gambar 3.1 http://www3.lokus.no/index.jsp?marketplaceId=124689121&languageId=1&siteNodeId=125173914&didLogin=true

4. Culture
http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.html
Gambar 4.1 http://utamaberkarya.blogspot.com/2014/07/5-tarian-tradisional-riau.html#.VQfcpY5qteI