Sabtu, 01 November 2014

"Menyelamatkan ”Warisan” Anak-Cucu Sulawesi" Kompas, Kamis, 30 Oktober 2014




DARMAWAN DENASSA
Lahir: Borongtala, 28 Juli 1976
Istri: Alwiah Hasan (33)
Anak: - Muhammad Fadil Denassa (10)
             - Asyraf Muhammad Denassa (4)
Pendidikan: - SDN Center Rappokaleleng, 1983-1989
                     - SMPN 1 Bontonompo, 1989-1992
                     - SMEA Negeri 1 Limbung, 1992-1995
                     - Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, 1996-2002

Arti tanaman menurut Darmawan ini adalah kehidupan. Pada tahun 2007 dia mendirikan Rumah Hijau Denassa (RHD), kawasan konservasi dengan luas lahan 1 hektar yang sekaligus menjadi lokasi rumah tinggalnya. Denassa menanam dan melakukan pembibitan berbagai jenis tanaman endemis dan non-endemis Sulawesi, baik yang langka maupun yang masih melimpah di Sulsel. Dia berburu bibit dan benih ke berbagai pelosok provinsi itu hingga ke Sulawesi Barat dan keluar-masuk hutan.

Hinggga saat ini, di RHD sudah sekitar 450 jenis tanaman yang dilestarikan. Tanaman tersebut beragam, terdiri dari keluarga kayu-kayuan, bunga-bungaan, kacang-kacangan, perdu, dan buah-buahan. Dan jika kita ingin berkunjung kesana, tanpa dipungut biaya apapun. Denassa pun juga memberikan secara gratis bibit tanaman kepada siapa saja yang menginginkannya.

Denassa mengatakan bahwa terdapat puluhan jenis tanaman di Sulsel yang terancam punah yang diakibatkan tekanan alih fungsi lahan hutan, konsumsi secara masif, pertambangan, hingga alasan sepele karena tanaman itu tak disukai manusia.

Pria yang berlatar belakang pendidikan sastra Indonesia itu pun akhirnya  melepaskan pekerjaannya sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin karena dia ingin mengkonservasi tanaman-tanaman itu. Dia berpikir memang tidak banyak orang yang melakukan ini, dan jika ini tidak dilakukan kasian anak-cucu kita nanti hanya tau tanaman hanya dari namanya saja.

Baginya, melestarikan tanaman sekaligus berarti melestarikan kultur dan identitas orang Makassar  karena banyak tanaman memiliki tempat penting dalam ritual, tradisi, ataupun budaya keseharian masyarakat Makassar yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Sejak 2011, dia mengadakan ”kelas komunitas” yang diselenggarakan gratis di RHD untuk anak-anak sekolah tingkat dasar hingga atas. Anak-anak itu datang seusai sekolah untuk belajar berbagai hal, mulai dari budaya, tradisi, lingkungan hidup, etika dan moral, sampai matematika. Saat ini murid yang aktif ada 90 siswa sedangkan alumninya sudah ada 200an siswa. Setiap bulan, Denassa juga menggelar diskusi tematik bagi warga sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

Atas semua upayanya, Denassa sama sekali tidak mengharapkan imbalan materi. Bahkan, setiap bulan harus mengeluarkan uang dari sakunya sendiri lebih kurang Rp 1 juta untuk membiayai operasional RHD tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar